PURBALINGGA – Sekitar 1000 anak kaki Gunung Slamet, tepatnya di Rest Area Desa Serang Brobahan, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, diajak menuliskan harapan, cita-cita, cerita tentang alam dan desa mereka yang dituangkan dalam surat untuk Presiden RI.

Kegiatan menulis surat untuk presiden RI di Serang Brobahan Kec.Karangreja ini diikuti sekitar 1000 anak dari 8 sekolah kawasan kaki Gunung Slamet yang diantaranya; SDN1 Serang, SDN2 Serang SDN3 Serang, SDN4 Serang, SDN5 Serang, MI Serang, SDN1 Kutabawa, SDN3 Kutabawa.

Relawan gerak menulis dengan tangan Nury Sibly mengatakan gerakan menulis merupakan PR kita bersama, hal tersebut seiring tergerusnya hoby menulis dengan tangan, karena perkembangan gadget sampai kepelosok-pelosok desa. Padahal menulis dengan tangan itu bisa mengasah motorik anak lebih kreatif, bisa lebih mengingat apa yang dipelajari.

“Gerakan ini kita bangun di Indonesia dimulai dari kepulauan untuk mengajak anak-anak kembali menulis. Ini bukan PRnya guru saja, bukan PR orangtua saja namun PR kita bersama untuk mengajak kembali anak-anak menulis dengan tangan,”kata Nury, Selasa, (18/10)

Menulis surat ditujukan ke presiden, lanjut Nury karena semua anak-anak Indonesia ingin bertemu presiden, anak-anak juga ingin menjadi presiden juga menjadi pemimpin negeri. Sehingga presiden menjadi motor pengerak anak-anak, sekaligus menjadi penyemangat untuk mempunyai harapan yang lebih baik lagi.

“Meskipun mereka tinggal di kaki gunung slamet, tapi boleh loh mereka menjadi anak-anak yang hebat. Gerakan menulis dengan tangan ini harus kita sebarkan untuk seluruh anak-anak Indonesia, karena anak-anak adalah masa depan kita,” katanya

Sedangkan Pendiri Kuda Pustaka Gunung Slamet, Ridwan Sururi mengatakan gerakan menulis dengan tangan semata-mata untuk membantu anak-anak sekolah agar gemar menulis lagi. Ridwan mengaku prihatin dengan perkembangan pendidikan anak-anak yang terancam dengan gadget.

“Budaya menulis anak-anak sekarang sangat jauh dibandingkan waktu saya kecil. Sekarang bisa dilihat di sekolah-sekolah apa ada anak yang tulisnnya bagus seperti orang-orang terdahulu,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan menulis surat ini, kata Ridwan Sururi, diharapkan anak-anak mampu dan memahami bagaimana bertutur melalui tulisan. “Gerakan menulis dengan tangan ini sebuah terobosan yang luar biasa agar anak-anak tertarik menulis sebagaimana Kuda Pustaka tidak bosan-bosan membawakan buku untuk anak-anak. Ya supaya generasi yang akan datang jauh lebih beradab,” tandasnya.

Fikri, Siswa klas 6 SDN 4 Serang dalam suratnya menceritakan kepada presiden agar bisa datang ke Serang, dan minta tolong hutan-hutan yang gundul untuk bisa ditanami dan para penebang liar dihukum. Kemudian jalan-jalan yang rusak bisa diperbaiki, agar ekonomi warga Serang bisa lebih maju lagi.

“Saya berharap tulisan saya bisa dikabulkan oleh Bapak Jokowi,’ kata Fikri.

Nurul Khasanah, siswi kelas VI SDN1 Serang dalam suratnya bercerita tentang keindahan kaki gunung slamet yang banyak perkebunan seperti strawberry, the, sayur-sayuran. “Belum lama ini juga diadakan festival gunung slamet pada tgl 13-15 Oktober 2016. Orang-orang kemarin membawa hasil pertaniannya ke festival.”

Senada dengan Wawan Prs, kelas V MI Guppi Serang, Purbalingga yang bercerita tentang pertanian gunung slamet. “Bapak Presiden yang terhormat, di Desa Serang banyak sekali perkebunan sayur dan pohon pynus dan dhamar atau agathys. Semoga Bapak Presiden suka dengan dusun kami. Tapi jalan di desa kami rusak pak, semoga bapak mau membantunya. Dan satu lagi, di sekolah kami kekurangan buku bacaan.”

Lain lagi dengan Nurohmat, siswa kelas V SDN2 Serang. Dia menanayakan apakah jadi Presiden itu sulit? “Saya jadi ketua kelas saja kesulitan mengatur teman, bagaimana dengan bapak? Indonesia kan luas sekali. Ohya pak, Saya hanya anak petani”

Zainun Alif Setiawan, kelas VI SDN1 Serang meminta Bapak Presiden Joko Widodo untuk datang ke Desa Serang yang banyak perkebunan. “Apakah bapak pernah datang ke Gunung Slamet? Desa kami banyak sekali sayuran dan strawberry. Desa kami terkenal dengan lembah asri. Saya ingin bapak datang lihat desa kami. Saya ingin menyampaikan permintaan agar Indonesia tidak ada korupsi.”

Berbeda dengan Ikhtina Haru Ridho kelas V SD 1 Kutabawa yang bercerita jarak rumahnya menuju sekolah sangat jauh sehingga ingin diberi sepeda oleh Bapak Presiden. “Saya mohon agar Bapak memberi saya sepeda untuk berangkat ke sekolah. Rumah saya sangat jauh.”

Gerakan Menulis dengan Tangan diprakarsai oleh PT Standardpen Industries, kuda pustaka dan UPT Dinas pendidikan Kecamatan Karangreja. Gerakan ini merupakan suatu kepedulian PT Standardpen Industries terhadap dunia pendidikan, perusahaan alat tulis dalam negeri ini membagikan satu juta bolpoin untuk anak Indonesia dengan menjangkau kota-kota seperti Purbalingga, Pati, DI Yogyakarta, Madura, Pulau Bawean-Jawa Timur, Propinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera Utara. (Sapto Suhardiyo)

.