PURBALINGGA – Untuk meningkatkan kembali surplus beras Purbalingga yang pada tahun 2014 mencapai 44.000 ton pertahun dan tahun ini turun menjadi 22.000 ton per tahun. Perlu dilakukan inovasi agar produktifitasnya dapat ditngkatkan.
“Walaupun di akhir 2014 surplus beras Purbalingga agak menurun yang dulunya 44 ribu ton pertahun surplusnya. Sekarang hanya 22 ribu ton per tahun. Penurunansurplus beras Purbalingga ini juga akibat adanya berbagai serangan OPT dan factor cuaca. Untuk itu, dengan penurunan ini mari kita tingkatkan lagi surplus beras Purbalingga.,”pinta Wakil Bupati Purbalingga Tasdi saat memberikan sambutan usai melaksanakan tanam padi perdana menggunakan tarnspalnter pada acara Gerakan Peresmian Kegiatan Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian (LLIP) Padi di lapangan Desa Pegandekan Kecamatan Kemangkon, Jum’at (5/6).
Menurut Tasdi, perlu sinergitas antara petani dan instansi terkait agar bahu membahu bersama supaya kedepan surplus beras dapat dicapai kembali. Harapannya dengan dilaksanakannya program tersebut tidak hanya seremonial atau ajang kumpl-kumpul, namun harus ada inovasi-inovasi baru iuntuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian khususnya beras perlu dilakukan.
“Perlu sinergitas antara petani dan instansi terkait untuk bahu membahu bersama agar kedepan surplus beras dapat dicapai kembali. Harapannya program ini laboratorium lapang ini tidak hanya seremonial atau cuma kumpl-kumpul saja. Karena ini era globalisasi. Bahkan orang luar negeri sudah sampai ke Indonesia ke lahan-lahan pertanian. Kalau kita tidak bisa mengikuti era global, kita akan ketinggalan, sehingga kuncinya adalah inovasi harus dimiliki semua komponen masyarakat di segala bidang termasuk pedagang, PNS, dan petani. Kalau sampai tidak punya inovasi, kita akan ketinggalan jaman,”ujarnya.
Menurut Tasdi, inovasi pertanian di era globalisasi harus di tangkap oleh semua komponen, kalau tidak akan termakan jaman.
“Di era global ini justru kita harus mendapatkan peluang. Sehingga untuk menangkap itu semua perlu adan ya inovasi. Begitu juga bidang pertanian diperlukan onovasi-inovasi, untuk itu dengan adanya inovasi pertanian yang semakin maju seperti teknologi yang berdampak meningkatkan produktifitas pangan hal itu perlu kita dukung,”pintanya.
Tasdi menandaskan bahwa sektor pertanian di Purbalingga masih berkontribusi tertinggi dalam pendapatan domestik regional bruto (PDRB). PDRB Purbalingga tahun 2013 untuk pertanian 29, 52 persen tertingi diatas perdagangan, hal tersebut merupakan perjuangan petani.Sehingga pada tahun 2010 pemkab mendapatkan penghargaan presiden karena bisa meningkatkan surplus beras sebanyak 10 persen.
“Hal itu merupakan bukti kalau kita serius mengurusi pertanian. Dan untuk mendukung hal tersebut, pemkab juga mempunyai program atau komitmen tahun 2010-2015 yang tertuang dalam RPJMD. Di dalamnya mengatur visi misi Purbalingga yang berdaya saing menuju masyarakat sejahtera, berdaya saing untuk semua komponen masyarakat Purbalingga termasuk petani. Untuk itu Purbalingga harus mendukung program pemerinta, yaitu percepatan swasembada pangan nasional tahun 2017 . Salah satunya dengan meningkatkan produktifitas pertanian khusunya beras,”tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan (Dintanbunhut) Kabupaten Purbalingga, Zainal Abidin mengatakan, bahwa kegiatan LLIP bertujuan mengenalkan inovasi teknologi unggulan padi dalam rangka mendukung pencapaian target produksi dan swasembada berkelanjutan serta dilaksanakan di dua desa Kecamatan Kemangkon.
“LLIP dilaksanakan di Kecamatan Kemangkon seluas 100 hektar dengan rincian di Desa Pegandekan 65 hektar dan Desa Karangtengah 35 hektar. Sedangkan kegiatannya adalah gelar teknologi perbenihan di dua desa tersebut dengan menanam padi varietas Logawa, Situbagendit dan Ciherang juga Inpari 24,”terangnya.
Selain itu, sambung Zainal juga dilakukan gelar teknologi mekanisasi pertanian seluas 40 hektar . Budidaya padi akan dilakukan penuh mekanisasi mulai dari tanam hingga panen. Selain itu juga digelar Display varietas seluas 10 hektar di dua desa tersebut.
“Varietas yang akan di display adalah Inpari 23 (aromatic) Inpari 24 (beras merah) dan Inpari 31 (toleran WBC) serta Inpari 32 (toleran hawar daun/kresek). Dan akan dilaksanakan juga gelar teknologi pengelolaan tanaman terpadu,”tururnya.(Sukiman)