PURBALINGGA – Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) Dewan Pimpinan Kabupaten Purbalingga memprovokasi warga desa untuk lebih memberdayakan potensi yang ada didesanya. Ajakan ini sekaligus guna menciptakan daya saing di tingkat desa dalam rangka menyongsong era globalisasi dan pasar bebas Asean.
“LPPN bersama para pendukungnya mempunyai kepedulian dalam meningkatkan sumber daya manusia. Seperti penyelenggaraan seminar kali ini yang bertema kewirausahaan,” ujar Penasehat LPPNRI Purbalingga Subeno, dalam Seminar Wirausaha Dalam Rangka Menghadapi Era Globalisasi dan Pasar Bebas Asean di Operation Room Graha Adiguna komplek Pendapa Dipokusumo, Kamis (22/10).
Menurut mantan Sekda Purbalingga ini, LPPNRI adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jakarta dimana kehadirannya ingin berpartisipasi secara lebih luas baik dilingkungan aparatur maupun masyarakat. “Kami siap menjadi mitra aparatur. LPPNRI bukan ormas yang menakutkan atau yang mau ngrecoki. Kami hanya ingin penyelenggaraan pemerintahan terus berjalan lebih baik, dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra Purbalingga Susilo Utomo menuturkan, pemkab Purbalingga sangat peduli terhadap perkembangan para pelaku ekonomi riil hingga ditingkat bawah. Meski begitu, dia mengakui mereka masih butuh perhatian dan sentuhan agar UMKM terus bergeliat dan mampu mensejahterakan masyarakat.
“Pemkab juga tak bosan mengajak masyarakat untuk menggunakan produk lokal produksi para pelaku ekonomi didaerahnya sendiri. Karena kita sendirilah kekuatan besar pasar produk lokal kita,” katanya.
Seminar yang diselenggarakan bekerjasama dengan Dinperindagkop dan elemen masyarakat, menghadirkan tiga narasumber pemberdayaan masyarakat. Owner Baturaden Adventure Forest, Bilwan Feriyanto menuturkan, masyarakat tak perlu takut adanya era perdagangan bebas Asean. Gempuran produk ekonomi dan tenaga kerja dari luar negeri, menurut Bilwan dapat ditangkal dengan mengubah paradigma di masyarakat untuk lebih bangga menggunakan produk lokal.
“Potensi yang ada didesa dapat diolah sebagai sumber penghasilan masyarakat. Bisa melalui kegiatan pengembangan pariwisata, UMKM, industri kecil dan lainnya melalui wadah BUMDes,” jelasnya.
Sementara, Konsultan Wirausaha Indonesia Andi Heroes Akrianto memperkenalkan tehnologi tepat guna pembuatan bata tanpa bakar dengan memanfaatkan limbah gergaji kayu dan mineral pasir alumina yang sangat melimpah di Purbalingga.
Dikatakan Andi yang asli Purbalingga, di daerah ini banyak terdapat potensi limbah gergaji kayu yang baru dimanfaatkan untuk bahan bakar pembuatan gula merah dan media tanam jamur. Sisanya hanya dibakar dan dibuang begitu saja. Sementara, wilayah bagian utara Purbalingga memiliki banyak potensi mineral vulkanik seperti pasir alumina dalam bentuk pasiran dan batuan yang lebih dikenal dengan sebutan batu bangkong.
“Potensi ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bahan bangunan yang lebih handal dan murah. Seperti bata tanpa bakar, genteng tanpa bakar, batako, papan partikel dan paving block,” jelasnya.
Sedangkan pembicara lainnya, Suyono dari Dinperindagkop lebih banyak memaparkan program-program pemkab dalam mempersiapkan masyarakat menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.
“Permasalahanya masih banyak program SKPD yang belum terintegrasi antara satu dengan lainnya. Kita perlu mengintegrasikan program pemberdayaan yang ada agar lebih berdayaguna dan berkesinambungan,” ungkapnya. (Hardiyanto)