PURBALINGGA – Momentum pergantian tahun harus dijadikan penyemangat untuk bangkit demi menuju perubahan yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Jadikan kegagalan tahun sebelunya sebagai refleksi dan perenungan diri agar tahun berikutnya lebih sukses dari tahun sebelumnya.

“Momentum startegis pergantian tahun ini, tentunya harus dijadikan sebagai suatu upaya untuk merefleksikan serta evaluasi diri agar bangkit lebih baik lagi dalam membenahi kekurangan di tahun sebelumnya,”tutur Penjabat Bupati Purbalingga Budi Wibowo saat acara Doa Bersama, Dialog Serta Refleksi dan Evaluasi Akhir Tahun 2015 di Pendapa Dipokusumo, Kamis malam (31/12) yang diikuti pimpinan FKPD, pimpinan SKPD, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan organisasi kepemudaan.

Budi meminta, agar semua pemangku kepentingan di pemerintahan kabupaten Purbalingga, merefleksikan dan mengevaluasi sejauh mana, peran yang sudah diberikan dalam tugasnya, termasuk mengevaluasi dirinya sendiri sebagai kepala rumah tangga. Para birokrat pelayan masyarakat, juga diminta merefleksikan dan evaluasi sejauh mana, peranannya dalam tugasnya.

“Apakah sudah optimal atau tidak, perilakunya menyimpang atau tidak, dalam tugasnya melebihi porsi atau tidak serta dalam tugasnya  ada persoalan lainya atau tidak. Termasuk juga evaluasi pribadi selaku pimpinan dalam rumah tangganya,”pintanya.

Menurut Budi, momentum renungan akhir tahun, diminta dijadikan kegiatan sebagai ajang muhasabah agar tahun berikutnya akan lebih sukses dari tahun sebelumnya. Selain itu,  keberhasilan di ini dapat dicapai di tahun berikutnya. Sedangkan kegagalann ditahun lalu untu dijadikan evaluasi agar ditahun depan tidak terjadi lagi. Ditahun baru yang akan segera dihadapi juga agar bangkit lebih baik lagi, sehingga tidak menjadi manusia yang merugi. Pergantian tahun, sambung Budi, juga harus dijadikan pemicu serta pemacu semangat untuk bersama-sama bergandeng tangan untuk berkomitmen di tahun berikutnya membangun Purbalingga lebih baik lagi.

Pada kesempatan tersebut, para tokoh organisasi kemasyarakatan juga menyampaikan kesan pesan akhir tahun 2015 kepada para pemangku kepentingan di Pemkab Purbalingga. Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) Kabupaten Purbalingga yang disampaikan ketuanya Mohammad Noor Isya meminta, agar,  momen pergantian tahun, masyarakat dan penguasa jangan hanya menjadi ungkapan kesenangan serta kegiatan hura-hura belaka menjelang datangnya akhir tahun. Namun juga sebagai ajang penilaian diri, karena bukan hanya manusia saja yang menilai, akan tetapi Tuhan juga menilai sejumlah perlikau manusia pada tahun sebelumnya.

Menurutnya, dengan datangnya akhir tahun, apakah kualitas keimanan para pemeluk agama semakin berkualitas atau sebaliknya. Selain itu, dengan pergantian tahun, apakah kualitas keshalehan masyarakat Indonesia yang agamis sudah semakin menonjol atau malah sebaliknya.

“Kita harus mencari semua penyebanya dan menjadikan perhatian semua pihak,”kata Noor Isya.

Sedangkan Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Kabupaten Purbalingga meminta momen pergantian tahun, agar kedepan dapat dijadikan perubahan ke arah yang lebih baik. Tahun 2016 mendatang, KNPI juga menjanjikan peningkatan kontribusinya serta peran yang lebih besar dalam pembangunan di Purbalingga, khususnya dalam menghadapi MEA. Hal tersebut akan dilakukan agar pembangunan di Purbalingga maju di segala bidang. Sehingga paradigma atau maenstreem membangun Purbalingga juga harus dirubah. Sebagai wadah pemuda di Purbalingga, KNPI juga mengharapkan pemkab membrikan ruang yang luas bagi kaum muda agar mampu menunjukkan keberadaan dan komponen lain untuk membangun Purbalingga, kata Agil Kusumasari.

Ketua Forum Persaudaran Bangsa Indonesia (FPBI) Mulyadi mengatakan, bahwa semua masyarakat dan pemeluk agama lainya adalah saudara, sehingga manusia yang baik adalah yang bisa harmoni dalam perbedaan. Manusia yang baik adalah manusia yang harmoni dalam agamanya, namun diluar keagamaan juga harus harmoni. Kedepan Purbalingga juga bisa harmoni.

“Jalan hidup supaya harmoni, adalah dengan mau mengerti jangan hanya maunya dimengerti. Selain itu, kita juga harus banyak mendengar dan jangan hanya mau didengarkan saja omongan kita. Kalau kita ingin didengar, kita harus mendengar, itu ilmunya. Sedangkan jalan akhlak yang baik adalah berpegangan untuk hidup bersama,”ujarnya.(Sukiman)