PURBALINGGA  – Masih banyaknya keluhan masyarakat terkait kurangnya tempat tidur/bed di setiap rumah sakit umum (RS) yang ada di Purbalingga, berbagai upaya pemerintah kabupaten (Pemkab)  dalam waktu dekat akan segera dilakukan.  Selain membangun RS Panti Nugroho tiga lantai dengan anggaran Rp15 miliar, pada anggaran tahun 2017, Pemkab Purbalingga dalam Anggaran Penerimaan Dan Belanja Daerah (APBD) berencana mengalokasikan Rp50 miliar untuk membangun gedung baru tiga lantai di sebelah RSU R Goeteng Taroenadibrata.

“Tahun ini setelah mengalokasikan Rp15 miliar untuk membangun untuk RS Panti Nugroho tiga lantai, di APBD tahun depan juga akan dialokasikan Rp50 miliar untuk membangun gedung baru tiga lantai di sebelah timur RSU Goeteng,”terang Bupati Purbalingga Tasdi saat bersilaturahmi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Purbalingga, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Purbalingga da Ikatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (IPPNI) Purbalingga di Pendapa Dipokusumo Jumat sore (5/8).

Menurut Bupati, hal tersebut untuk mengantisipasi banyaknya pasien yang ke RS keleleran (terlantar) karena tidak adanya bed. Selain itu, jumlah keseluruhan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang ada saat ini di Purbalingga 22 buah termasuk puskesmas rawat inap, demi optimalnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat juga tengah direhab serta pemindahan beberapa layanan kesehatan yang ada di kecamatan.

“Puskesmas yang ada saat ini 22 baru termasuk  11 puskesmas  rawat inap, sehingga demi memudahkan layanan kesehatan  terhadap masyarakat, beberapa puskesmas terpaksa kami pindahkan ke lokasi yang mudah dijangkau. Untuk  Puskesmas Rembang  akan dipindah ke kantor Kecamatn Rembang dan kantor Kecamatan akah dipindah ke sebelah barat Monumen Tempat Lahir (MTL)Soedirman MTL,”jelasnya.

Puskesmas Karangjambu sambung Bupati, juga akan dibangun di kantor Kecamatan Karangjambu dan kantor kecamatan akan digeser ke lokasi lain, begitu juga puskesmas-puskesmas lainya juga tengah dilakukan renovasi . Peningkatan bidang kesehatan juga akan terus diupayakan, salah satunya dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya tenaga dokter. Nantinya, Pemkab akan menggandeng perguruan tinggi dengan mencari siswa berprestasi dari jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA)  di 18 kecamatan untuk dijadikan dokter dengan ikatan dinas dan setelah lulus akan ditempatkan di daerahnya masing-masing.

“Hal tersebut dilakukan supaya rakyat Purbalingga sehat, tuturnya.

Untuk itu, bupati mengajak agar para dokter, bidan serta perawat dan pemangku kepentingan di bidang kesehatan untuk bersimbiosis mutualisme, menjaga kekompakan baik diinternal maupun eksternal. Tidak hanya itu, mereka juga diminta bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada mulai dari SDM, sumber  daya anggaran, sumber sarana prasarana (sarpras) yang ada agar dimaksimalkan.

Dalam UU tentang pelayanan publik, semua menuntut pelayanan kepada masyarakat yang maksimal  dan apa yang menjadi kebutuhan rakyat mulai dari kuantitas, pelayan serta kualitas dan sebagainya  harus dilayani dengan baik. Karena peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan oleh rakyat, jangan sampai rakyat membutuhkan layananan kesehatan tetapi diabaikan.

“Jangan  sampai rakyat membutuhkan kalian tapi malahdiabaikan nanti dosa, karena kalian punya ilmu, kepandaian dan, harus dimanfaatkan untuk mengabdi kepada rakyat dan Allah yang maha esa. Agar rakyat puas dengan pelayanan kita, sehingga saya mohon untuk mengubah perilaku  jangan sampai diskrimansi dalam melayani rakyat,”pintanya.

Bupati menandaskan, agar pemangku bidang kesehatan tahu persoalan-persoalan khususnya bidang kesehatan di Purbalingga. Untuk  persoalan makro, di Purbalingga kemiskanan  tertinggi nomor lima di Jateng dan tertinggi di Karesidenan Banyumas. Sedangkan  untuk indek pembangunan manusia (IPM)nya ranking 27 dari 35 kabupaten/kota se- Jawa Tengah, sedangkan dalam IPM ada unsur kesehatan. Dan Purbalingga punya persoalan  bidang kesehatan seperti seperti kematian ibu melahirkan, kematian bayi baru lahir serta penyakit gizi buruk juga malaria, sehingga siapapun yang diberi mandat baik yang negeri maupun swasta  diminta kepeduliannya ikut  andil serta sumbangsihnya  berkontribusi untuk rakyat  masalah-masalah  tersebut berkurang.

Di Purbalingga  angka  kematian ibu (AKI) tahun  2015 masih ada 20 orang, atau sebanyak 136 orang meninggal per 100.000 kelahiran hidup. Untuk  angka kematian bayi (AKB)  2015 sebanyak  149 kasus atau 10,06 persen per seribu kelahiran hidup, hal tersebut tergolong tinggi dan permasalahan lainnya adalah akses kepemilikan jamban keluarga masih rendah juga kapsitas bed di seluruh RS hanya 675 bed, tandasnya. (Sukiman)