Jakarta – Guru bukan hanya sebuah pekerjaan yang dimaknai dengan tugas untuk mendidik anak-anak bangsa pada pendidikan formal saja. Guru adalah panggilan jiwa untuk membantu menyalakan pelita pengetahuan dan kebajikan di dalam diri setiap anak bangsa. Sebagai sebuah profesi yang menciptakan masa depan melalui karakter dan keterampilan generasi penerus bangsa, peran guru sangat strategis di dalam pembangunan nasional.

“Guru adalah agen perubahan karakter bangsa. Bangsa ini harus menjadi bangsa pemenang, tetapi tetap memiliki keluhuran budi pekerti yang tinggi,” diungkapkan Presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Guru Nasional di Senayan, Jakarta tahun lalu.

Presiden Joko Widodo mengapresiasi gerakan menghormati guru. Disampaikannya, bahwa gerakan tersebut merupakan suatu cara bagi kita untuk kembali kepada karakter bangsa. Di tengah hiruk pikuk di masyarakat yang semakin mencerminkan memudarnya budaya kesantunan dan rendahnya budi pekerti, Presiden menghimbau agar Kemendikbud dapat meggiatkan gerakan menghormati dan memuliakan guru.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyampaikan bahwa guru adalah sosok yang memiliki sifat altruis. Disampaikannya, “Tidak ada satupun orang sukses di dunia ini yang kepas dari sentuhan guru. Seorang guru rela menjadikan muridnya menjadi orang sukses, bahkan ia ikhlas menjadikannya lebih sukses daripada anaknya sendiri.”

Guru Indonesia Mulia Karena Karya

Sebagai seorang teladan, seorang guru terus menerus belajar. Melalui karya-karya nyatanya seorang guru akan dimuliakan. Pemerintah terus mendorong peran guru menjadi aktor strategis pendidikan nasional. Beragam penguatan kapasitas dan kompetensi dilakukan untuk menghadirkan guru yang mampu membimbing anak-anak bangsa menjadi generasi yang mampu bersaing di abad 21. Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan, “Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan. Di tengah, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Di belakang, seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan.”

Di tahun 2015, pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah menghadirkan para pendidik untuk daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) melalui program Guru Garis Depan (GGD) dan Sarjana Mendidik di 3T (SM-3T). Tercatat pada tahun 2015, sebanyak 797 GGD telah bertugas di empat Provinsi, 28 Kabupaten. Untuk tahun ini pemerintah direncanakan akan menempatkan sekitar 6.296 GGD di 28 Provinsi dan 93 Kabupaten. Sebagai program rintisan untuk GGD, di tahun 2016 ini, tercatat sebanyak 2.993 orang SM-3T telah bersedia mengabdi untuk bangsanya di bidang pendidikan; mereka telah ditugaskan di 20 Provinsi dan 56 Kabupaten di seluruh Indonesia.

Mendikbud mengajak kepada seluruh guru dan tenaga kependidikan Indonesia untuk bangga terhadap profesinya. “Harus diakui bahwa hingga kini profesionalisme guru di Indonesia masih belum memenuhi harapan. Masih diperlukan upaya-upaya yang lebih keras agar pekerjaan guru sebagai pekerjaan yang profesional di masa yang akan datang, dan pemerintah akan terus mengupayakan banyak hal agar para guru semakin profesional. Namun upaya itu akan sia-sia belaka tanpa keinginan keras dari pihak guru itu sendiri,” ujar Mendikbud.

Selain pemberian sertifikat profesi dan tunjangan profesi guru, pemerintah terus menggiatkan program pengembangan diri guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG), dan program Guru Pembelajar. Saat ini dalam upaya menjawab kebutuhan penyediaan guru produktif di Sekolah Menengah Kejuruan, Kemendikbud menyiapkan para guru adaptif untuk mendapatkan sertifikat keahlian ganda sehingga dapat berperan sebagai guru produktif.

 

Peringatan Hari Guru Nasional

Sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada guru, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional (HGN) bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Peringatan HGN tahun 2016 dan HUT ke-71 PGRI tahun ini mengangkat tema “Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya”.

“Perkenankan saya atas nama pribadi dan pemerintah, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas dedikasi, komitmen, dan segala ikhtiar yang telah dilakukan oleh para guru, pamong dan tenaga kependidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selamat memperingati Hari Guru Nasional tahun 2016 dan HUT ke-71 PGRI,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam upacara bendera memperingati HGN 2016 dan HUT ke-71 PGRI, di halaman kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (25/11/2016).

Selain upacara bendera memperingati Hari Guru Nasional, Kemendikbud bersama Kementerian Agama dan organisasi profesi guru menyelenggarakan kegiatan Simposium Guru Nasional di Sentul International Convention Center (SICC) pada hari Sabtu (26/11/2016) yang diikuti sekitar 2000 orang guru dari seluruh Indonesia. Simposium tersebut merupakan wahana untuk menuangkan ide, gagasan, dan mencari pemecahan isu atau permasalahan strategis tentang pendidikan.

Puncak acara Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016, dan Hari Ulang Tahun ke-71 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, dan 11.000 orang guru dan tenaga kependidikan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 27 November 2016, di SICC, Sentul, Jawa Barat.

Sebagai upaya meningkatkan kesadaran publik terhadap peran guru dan upaya memberikan apresiasi kepada para guru yang telah berjasa, Kemendikbud mengajak masyarakat untuk dapat menyampaikan ajakan menghormati dan memuliakan guru, serta mengungkapkan rasa terima kasihnya melalui media sosial. Tagar #AyoHormatiGuru #TerimaKasihGuru menjadi penanda partisipasi masyarakat dalam perayaan Hari Guru Nasional tahun 2016. Lebih dari itu, kesadaran terhadap peran strategis guru juga disampaikan dalam tagar #GuruMuliaKarenaKarya. Ayo, sampaikan juga pesanmu!

  (Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud dan Tim Komunikasi Pemerintah)