PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Tasdi terus mendorong adanya perubahan sikap mental jajaran kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Bupati tak ingin lagi mendengar adanya keluhan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan jajaran kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas maupun di tingkat menejemen tata kelola kesehatan.
“Jangan lagi ada mafia di Rumah Sakit. Saya tahu itu. Masa ada RSUD merujuk pasien ke rumah sakit swasta. Ini tidak sesuai dengan hirarkinya. Selain merugikan RS juga merugikan pasien karena merasa diombang-ambing,” ujar Bupati Tasdi saat memberikan pengarahan didepan staf dan pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, di aula kantor setempat, Selasa (29/3).
Kegiatan tersebut dilakukan usai apel pagi yang dihadiri Bupati Tasdi, Plt Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Wahyu Kontardi, Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Widiyono dan Kepala DKK Nonot Mulyono.
Dalam waktu yang sama, Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelaksanaan apel pagi di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) yang bersebelahan dengan kantor DKK. Ditempat itu, Wabup meninjau seluruh ruangan dan menyalami seluruh pegawai yang sudah hadir mengikuti apel pagi.
Selain menekankan adanya revolusi mental, Bupati yang sudah memimpin Purbalingga sejak 17 Februari lalu, juga meminta jajaran kesehatan untuk menggenjot perannya dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Purbalingga. Menurutnya, saat ini IPM Purbalingga mengalami penurunan. IPM Purbalingga pernah mengalami kenaikan dari posisi 33 se Jawa Tengah pada 2000 menjadi peringkat 16 pada 2010. Saat ini posisi IPM Purbalingga di tingkat Jawa Tengah menempati posisi ke 20.
“Membangun rumah sakit, Puskesmas, menambah dokter dan bidan itu perlu. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan IPM kita minimal dibawah 20. Syukur bisa kembali berada di peringkat 16,” katanya.
Tasdi menekankan agar seluruh jajaran kesehatan melakukan evaluasi kinerja sebelumnya agar dapat meningkat, utamanya dalam meningkatkan unsur-unsur penyumbang IPM seperti Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Angka Kematian Bayi. Saat ini, AKI di Purbalingga sesuai data 2015 adalah 132,44 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 10,12 per 1000 KH.
Ditemui seusai pengarahan Bupati, Kepala DKK dr Nonot Mulyono mengakui ada pekerjaan rumah yang berat yang harus dijalani jajaran kesehatan di Purbalingga. Selain sebagai Kepala DKK, Nonot juga diserahi tugas sebagai Plt Direktur RSUD dr R Goeteng Tarunadibrata.
Saat ini, kata Nonot, berbagai program sedang dijalankan sebagai dukungan dunia kesehatan dalam meningkatkan IPM di Purbalingga. Untuk menambah daya tampung rumah sakit, pihaknya terus menginisiasi Puskesmas untuk dapat ditingkatkan menjadi Puskesmas rawat inap. Sehingga sejumlah penyakit ringan dapat ditangani dan di rawat inap ditingkat Puskesmas.
Selain itu, juga dilakukan intervensi di dua kecamatan untuk mencegah makin merebaknya penyakit Demam Berdarah di Kecamatan Kalimanah dan Purbalingga Kota. Sayangnya, intervensi itu hanya berhasil dilaksanakan di Kecamatan Kalimanah dengan melakukan promosi PSN setiap Jum’at pagi. Dari kegiatan itu, tahun 2015 lalu angka kesakitan DB di Kecamatan Kalimanah menurun drastis dari peringkat pertama di tahun 2014 menjadi posisi 3 pada 2015.
“Di kecamatan Purbalingga masih perlu upaya lebih keras lagi,” katanya.
Intervensi terhadap penyakit menular juga dilakukan terhadap berkembangnya Malaria. Di Purbalingga masih ada 6 desa endemis di sejumlah kecamatan Kaligondang, Pengadegan, Karangmoncol dan Rembang. Upaya yang dilakukan berhasil menurunkan angka kesakitan Malaria dari rata-rata 100 kasus penularan endemis setempat pada 2014, manjadi turun rata-rata hanya 19 kasus pada 2015.
Sedangkan upaya menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular, telah dilakukan dengan membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), sejenis Posyandu untuk orang-orang dewasa. Posbindu ini memberikan layanan pemantauan terhadap penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. “Kegiatannya melakukan pemeriksaan tensimeter, gula, asam urat, kolesterol dan lemak. Saya targetkan tiap desa minimal ada 1 posbindu,” jelasnya.
Untuk menurunkan AKI dan AKB terus dilakukan berbagai upaya. Diantaranya dengan membentuk Kelas Bidan sebagai sarana menambah pengetahuan para bidan di Purbalingga. Sebelumnya, juga sudah ada Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Balita dan yang terkini adalah Kelas Bidan. “Saat ini seluruh bidan juga diharuskan magang di RSUD secara bergantian dalam sepekan,” katanya.
Semua upaya prefentif yang dilakukan, terus didukung dengan kegiatan promotif seperti pemasangan baliho, spanduk dan penyelenggaraan sejumlah event yang akan terus ditingkatkan kedepannya. (Hardiyanto)