PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Tasdi bertekad terus melanjutkan kebijakan program SMK Negeri 3 Purbalingga sebagai lembaga pendidikan yang menampung siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu di kabupaten Purbalingga. SMK yang dulu terkenal dengan sebutan SMK “Duafa” ini digadang-gadang menjadi penghasil “Virus” pemberdayaan dikalangan keluarga miskin.
“Karena program ini Pro-poor, Pro-job dan Pro-environment maka saya sebagai bupati baru akan melanjutkan program ini sampai kapanpun, hingga Purbalingga lepas dari rantai kemiskinan,” kata Bupati Tasdi dihadapan Tim Penilai Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (SiNovik) 2016 di Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB), Jakarta, Jumat kemarin (10/3).
Menurut Bupati, Dirinya yang juga terlibat dan membidani lahirnya program pengentasan kemiskinan melalui sektor pendidikan, sejak awal memberikan dukungan melalui fungsi budgeting saat dirinya menjadi Ketua DPRD Purbalingga. Bupati Tasdi bahkan berkomitmen untuk menjadikan program SMK N 3 menjadi program unggulan pengentasan kemiskinan di Purbalingga.
“SMK N 3 kita jadikan kawah candradimuka bagi siswa warga miskin. Dari sini, mereka menjadi generasi muda yang berilmu, terampil dan berkarakter. Setelah mandiri, mereka akan mengentaskan dirinya bahkan menjadi pemutus mata rantai kemiskinan di keluarganya,” jelasnya.
Untuk pengelolaan SMK N 3, sejak 2011 hingga 2016 telah dikeluarkan dana mencapai Rp 31,4 miliar. Dana itu mencakup kebutuhan pembangunan sarana prasarana ruang kelas, gedung asrama putra dan asrama putri, fasilitas pembelajaran dan praktek, serta fasilitas penunjang lainnya. Termasuk untuk pengelolaan boarding school dan kebutuhan penunjang bagi para siswa.
Sejak proses pembelajaran dimulai pada 2013, hingga kini SMK N 3 Purbalingga telah menampung 205 siswa. Meliputi tahun 2013 sebanyak 75 siswa, 2014 68 siswa dan 2015 sebanyak 65 siswa. Dari 65 siswa yang saat ini ada, 60 siswa diantaranya telah berpeluang bekerja. Diantaranya bahkan sudah diterima bekerja di CV. Laksana sebanyak 10 siswa, CV. Gloor Steel Bj 6 siswa, AHM 17 siswa, CV Daya Cipta 11 siswa, Karya Padu Yasa 10 siswa dan PT Barata Indonesia Tegal sebanyak 6 siswa.
“Lima siswa tersisa akan diupayakan mengikuti program magang ke Jepang melalui LBK Massiv,” jelasnya.
Tasdi menambahkan program sekolah boarding school yang dikembangkan oleh Purbalingga, saat ini telah dijadikan replikasi program serupa oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang didirikan di Pati dan Semarang.
Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian (Orpeg) Setda Purbalingga Widiyono menuturkan, kompetisi SiNovik ini diselenggarakan tiap tahun oleh KemenPAN-RB. Kabupaten Purbalingga tahun ini berhasil masuk nominasi TOP 99 dengan usulan proposal berjudul “Matahari untuk Kaum Papa di Purbalingga” yang mengangkat salah satu terobosan inovasi pelayanan publik di SMK Negeri 3 Purbalingga.
Nominator TOP99 yang terdiri dari 11 inovasi kementerian, 5 inovasi lembaga, 25 inovasi provinsi, 40 inovasi kabupaten, 13 inovasi kota dan 5 inovasi BUMN diharuskan melakukan presentasi dan wawancara di depan tim juri. Bupati Purbalingga Tasdi telah melaksanakan proses tersebut pada Kamis (10/3).
“Alhamdulillah selama pemaparan, tim juri terlihat antusias dan memberikan apresiasi. Mudah-mudahan program ini dapat menjadi inovasi yang mengantarkan Purbalingga menjadi kabupaten yang diperhitungkan,” katanya.
Untuk menentukaan yang terbaik, masih harus dilalui sejumlah tahapan seleksi. Setelah TOP99, panitia akan memilih inovasi nominasi TOP40. Pada fase ini, tim penilai akan melakukan kunjungan lapangan untuk memilih hasil akhir TOP10.
“Mudah-mudahan program inovasi kabupaten Purbalingga terus berlanjut dan dapat masuk sepuluh besar dengan ranking terbaik,” tambahnya. (Hardiyanto)