PURBALINGGA – Gelaran even wisata yang menarik dan kontinyu menjadi salah satu kunci untuk mendatangkan wisatawan. Kunci keberhasilan lainnya adalah dengan melakukan promosi dan pemasaran wisata secara gencar dan masif melalui berbagai media maupun promosi langsung. Disisi lain, keberadaan daya tarik yang unik menjadi pilihan wisatawan untuk datang ke suatu wilayah.

“Even wisata yang rutin serta promosi dan pemasaran sudah terbukti dilakukan oleh Kota Surabaya dalam mendatangkan wisatawan. Sementara Daya tarik wisata boleh dibilang hanya sebagai pelengkapnya saja,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata pemuda dan Olah raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si, Sabtu (2/4).

Subeno dimintai pendapatnya tersebut usai melakukan studi komparasi pengembangan wisata di Kota Surabaya, Rabu – Jum’at (30/3 – 1/4). Subeno melakukan studi komparasi bersama Kepala Bidang Pariwisata Ir Prayitno, M.Si disela-sela mengikuti kunjungan Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi ke Surabaya untuk menerima penghargaan Inovasi Pelayanan Publik dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (PAN RB), Kamis (31/3).

Disebutkan Subeno, wisata Kota Surabaya memang berbeda dengan wisata di Purbalingga yang lebih menjual potensi alam. Sementara di Kota Surabaya potensi alam yang dijual hanya Pantai kenjeran dan hutan Mangrove Wonorejo. “Selain even wisata yang rutin digelar, wisata di Kota Surabaya yang diandalkan seperti wisata kulier, wisata religi, wisata museum dan monument, seta wisata seni dan budaya,” kata Subeno.

Subeno menngatakan, dalam satu bulan setidaknya di kota Surabaya digelar 9 – 12 even yang mampu mendatangkan wisatawan. Even itu tidak saja digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, tetapi juga bersinergi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain atau lembaga swasta. Dalam bulan Maret 2016 setidaknya ada 10 event, bulan April ini ada 11 even, dan bulan Mei ada 9 event. Dalam bulan April ini even yang digelar antara lain Majapahit Travel Fair, Investment  Art Fashion Trade & Tourism, kemudian gelar produk unggulan daerah, Surabaya Craft & Fashion, Inawisata 2016 Expo, Festival Duren dan Durian serta beberapa festival lainnya.

“Dengan gelaran even yang sudah terjadwal selama satu tahun tentu menjadi pertimbangan tersendiri wisatawan ataupun biro-biro wisata untuk menjual paket kunjungan ke Surabaya,” kata Subeno.

Dengan berbagai even tersebut, kota Surabaya mampu dikunjungi sekitar 16 juta wisatawan pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 ini Kota Surabaya mentargetkan kunjungan wisatawan 18,1 juta. “Untuk mengundang wisatawan ini, promosi gencar dilakukan, tidak hanya dari SKPD yang membidangi pariwisata saja, tetapi juga semua SKPD di Surabaya. Bahkan, walikota juga ikut turun melakukan promosi wisata,” kata Subeno.

Subeno mengakui, dari sisi kunjungan wisata dan dukungan anggaran memang berbeda jauh. Kunjungan wisata ke Purbalingga tahun 2015 lalu sebanyak 1,537 juta wisatawan. Anggaran yang dikelola oleh Dinbudparpora Purbalingga tahun ini sekitar Rp 5 miliar, itu saja termasuk untuk gaji pegawai. Anggaran ini untuk membiayai kegiatan kebudayaan, pariwisata dan pemuda olah raga. “Sementara di Kota Surabaya, mengelola dana Rp 30 miliar untuk kebudayaan dan pariwisata saja. Dari dana itu, Rp 4 miliar untuk membayar gaji pegawai, sedang sisanya Rp 26 miliar murni untuk mendukung kegiatan pariwisata dan kebudayaan, termasuk didalamnya untuk menggelar even wisata,” kata Subeno.

Rumah Bahasa

            Ada hal yang menarik juga dan patut ditiru dalam hal pengembangan Smber Daya Manusia (SDM) masyarakat kota Surabaya termasuk didalamnya para pemandu dan pelaku wisata. Kota Surabaya memberikan les kursus gratis bahasa dalam wadah Rumah Bahasa. Pemkot menyediakan sarana dan prasarana gedung serta pengelola Rumah Bahasa. Sementara para pengajarnya merupakan relawan.  Pemkot memberikan semacam reward bagi relawan yang mau mengajar lebih dari satu tahun. Relawan ini bisa juga menjadi peserta untuk kursus bahasa jenis lainnya.

“Yang kami pelajari, ada beberapa wisatawan asing menjadi tenaga relawan untuk tiga atau empat kali pertemuan. Mereka mengajarkan bahasa dari negaranya, dan relawan ini juga bisa menjadi peserta untuk kursus bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Jawa,” kata Subeno sembari menambahkan ada 14 bahasa yang diajarkan.

TDUP

Dalam hal pemberian ijin Tanda Daftar usaha Pariwisata (TDUP), lanjut Subeno, Pemkot Surabaya menerapkan aplikasi berbasis online melalui melalui SSW (Surabaya Single Windows). Pemohon bisa melakukan registrasi dan upload persyaratan melalui SSW, atau bisa datang ke loket UPTSA (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap). “Untuk verifikasi dan pemberian rekomendasi dari Dinas Pariwisata, cukup melalui komputer yang online, jadi sangat menghemat waktu dan kertas. Hal ini tentunya bisa diaplikasikan di Purbalingga,” kata Subeno. (y)