PURBALINGGA – Pernahkan Anda berfoto bersama ular Pyton (Burnesse pyton bivitus) ? Atau ingin memberi makan buaya ? Jika belum, Anda dapat berkungjung ke Sanggaluri Park di Desa Kutasari, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.
Seperti halnya yang dilakukan oleh para peserta Conference on Teaching English as a Foreign Language (Cotefl ) ke 7 saat mengunjungi obyek wisata yang dikelola oleh manajemen Owabong (Obyek Wisata Air Bojongsari) itu, Minggu (17/5) siang. Para peserta Cotefl 7 merupakan dosen PTN/PTS dan guru Bahasa Inggris se-Indonesia. Konferensi itu sendiri digelar oleh Universitas Muhamadiyah Purwokerto (UMP).
Ikut dalam kunjungan city tour tersebut Prof DR Linsay Miller dari Scotlandia. Miller merupakan salah satu pemateri dalam konferensi tersebut.
Rombongan yang disambut dengan seni tradisional thek-thek kemudian diterima oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si, Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si, dan Direktur Operasional Owabong Eko Susilo.
Rombongan mengaku enjoy ketika masuk ke Sanggaluri Park. Mereka terlihat terhanyut dengan musik thek-thek yang baru pernah dilihatnya secara langsung. Benerapa diantaranya berjoget bersama penari thek-thek, dan sebagian lain berfoto-foto ditengah pemain thek-thek. “Sangat senang sekali bisa membawa rombongan para dosen dan guru-guru bahasa Inggris mengunjungi wisata di Purbalingga. Sambutannya begitu luar biasa, kami merasa tersanjung,” ujar Putri, pemimpin rombongan.
Subeno mengungkapkan rasa terima kasihnya karena para dosen dan guru dari berbagai universitas serta sekolah di Indonesia bisa mengunjungi Sanggaluri Park. Tak hanya itu, tamu dari luar negeri-pun menyempatkan berkunjung ke wahana wisata pendidikan ini.
“Kunjungan mereka tentu menjadi bagian promosi wisata Purbalingga. Setelah berkunjung, mereka akan memberitahukan kepada kerabat serta teman-temannya, bisa melalui media sosial atau promosi langsung kepada teman-teman serta mahasiswa atau muridnya,” ujar Subeno.
Dengan dipandu oleh petugas Sanggaluri Park, Miko dan Feby, rombongan satu persatu mengunjungi rumah prestasi, museum uang, museum wayang dan artefak, taman reptile dan insekta serta sejumlah wahana lainnya. Ketika berada di museum uang yang memiliki koleksi mata uang dari 184 negara termasuk Indonesia, Prof Lindsay Miller mengaku kagum dengan koleksi mata uang jaman kerajaan Majapahit. Miller juga mencari koleksi mata uang negaranya, Scotlandia. Miller mengaku bangga karena mata uang negaranya, Pound Sterling dikoleksi di sebuah museum di Purbalingga. Tak hanya itu, bendera Negara Scotlandia juga ada di museum tersebut. Lagi-lagi Miller memuji memuji wisata di Purbalingga.
Selain mata uang dan bendera negaranya, Miller juga menganggumi warisan budaya Indonesia berupa wayang kulit. Miller secara detail mengamati wayang kulit yang dipajang di salah satu museum tersebut. Ia – pun terkesima saat menyaksikan contoh pementasan wayang yang dibawakan oleh Eko Susilo, Direksi Operasional Owabong.
Kunjungan ke taman reptile dan insect menjadi kesan yang menarik para peserta. Mereka melihat langsung saat buaya memakan seekor ayam yang diberikan hidup-hidup. Meski beberapa diantaranya ada yang terkena cipratan lumpur akibat gerakan buaya yang kencang, namun mereka malah tertawa. “Untung saja saya hanya kena cipratan lumpur buaya beneran, bukan buaya darat,” ujar Fitria, salah satu peserta dari Universitas Sebelah Maret (UNS) Solo.
Selain buaya, ular pyton yang menjadi salah satu koleksi diantara 65-an koleksi jenis ular, juga menjadi sasaran untuk berfoto-foto. Ular seberat 27 kilogram dan panjang 4 meter itu secara bergantian berpindah tangan dari satu peserta ke peserta lain. Mereka ingin sekali berfoto bersama ular berwarna kuning ini. “Ularnya sudah jinak, jadi saya ingin sekali berfoto untuk kenang-kenangan,” ujar Putri.
Sementara, Prof Miller tak berani berfoto sendiri dengan ular pyton tersbeut. Ia memilih ditemani beberapa peserta lain untuk diabadikan dalam sebuah foto. (y)