DSC_0410

PURBALINGGA  – Penyelenggaraan Festival Gunung Slamet (FGS) I 2015 resmi ditutup oleh Ketua FGS Tri Daya Kartika, Sabtu malam (6/6).  Puncak acara malam itu ditampilkan gelar band-band local dari Purbalingga, Banyumas dan Pemalang serta pertunjukan lampu laser spektakuler sekira 15 menit.

Dia berharap FGS I ini mampu meningkatkan kunjungan wisatawan di segitiga desa wisata yakni Serang dengan potensi kebun strowberi dan tuk Sikopyah, kemudian Kutabawa melalui pendakian gunung Slamet dan Siwarak dengan potensi Goa Lawa dan buah nanasnya.

“Terpenting, masyarakat tetap terus menerus bersyukur atas karunia potensi lereng timur gunung Slamet yang diberikan Tuhan. Termasuk melestarikan tradisi budaya yang telah lama ada, agar wisatawan luar Purbalingga tertarik datang kesini,” ujar Tri Daya Kartika saat menutup rangkaian FGS I yang dipusatkan di Rest Area Lembah Asri, Sabtu malam (6/6).

Sementara, Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto mengaku optimis penyelenggaraan FGS mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Purbalingga. Asalkan, lanjut Sukento, setelah kegiatan ini dapat dilakukan evaluasi guna penyempurnaan penyelengaraan beikutnya.

“Yang sekarang saya nilai cukup bagus. Namun harus dilakukan penyempurnaan dengan kemasan yang lebih bagus lagi dimasa mendatang,” katanya.

Menurut Sukento, agar pembangunan pariwisata Purbalingga dapat berkembang dibutuhkan estafet kebijakan oleh kepemimpinan bupati berikutnya. Harapannya, potensi yang sudah ada sekarang mampu diteruskan dan disempurnakan. “Tanpa sentuhan estafet bupati, saya rasa tidak mungkin,” katanya.

Bupati juga berharap kesadaran masyarakat lokal terhadap sapta pesona periwisata juga terpelihara dengan baik. Karena, keterlibatan masyarakat local penyelenggaraan sector pariwisata sangat penting, seperti yang ditunjukan masyarakat Serang dan sekitarnya pada penyelenggaraan FGS ini.

“Bila nanti ada investor yang akan mengelola pariwisata, saya juga meminta masyarakat lokal lebih banyak dilibatkan agar mampu menjadi penerus pengelolaan berikutnya,” tandasnya.

Kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora), Subeno, mengaku telah berkomunikasi dan mengusulkan kepada gubernur Ganjar Pranowo agar FGS di Purbalingga dapat dijadikan event wisata budaya tingkat Jawa Tengah.

“Gubernur sudah setuju. Tahun ini event provinsi ada di Festival Serayu di Banjarnegara. Tahun depan akan bergeser ke Purbalingga dan Dinbudpar Jateng sudah siap memback-up,” ujar Subeno disela-sela prosesi pengambilan air kehidupan tuk (mata air-red) Sikopyah yang berada di dusun Kaliurip Desa Serang, Kamis (4/6).

Menurut Subeno, kegiatan FGS nantinya diharapkan jadi ikon bukan hanya untuk Purbalingga tetapi juga untuk wilayah Banyumas raya utamanya yang ada di lereng Gunung Slamet. Sebenarnya, lanjut Subeno, tahun ini sudah diagendakan mengundang kabupaten tetangga untuk berpartisipasi. Namun karena terkendala dana, mereka batal diikutkan.

“Tahun depan, Dinbudparpora bersama pemkab juga akan memback-up penuh kegiatan ini.  Mudah-mudahan akan lebih besar dari yang sekarang,” katanya.

FGS I 2015, mengadopsi tradisi ruwat bumi yang biasa diselenggarakan masyarakat  desa Serang pada setiap bulan Sura. Dalam FGS, seluruh event diselenggarakan lebih besar seperti pengambilan air tuk Sikopyah di dukuh Kaliurup desa Serang, pentas seni budaya lokal, Kirab budaya dan hasil bumi, serta perang buah strawberi dan tomat, serta pertunjukan laser spektakuler. Acara perang buah ini, nantinya diharapkan dapat dijadikan paket wisata perang buah saat petani buah didesa Serang, Siwarak dan Kutabawa mengalami over produksi. (Hardiyanto)