“Selama ini masyarakat banyak yang tidak paham tata cara penggunaan obat yang benar. Misal antibiotik yang seharusnya dihabiskan, setelah terasa badan enakan, obat berhenti tidak dihabiskan. Ini kan membuat penyebab penyakit jadi resisten, sehingga kalau sakit lagi, dosisnya mesti ditambah lagi,” ujar Ketua Panitia, Arief Dwi Utomo.

Selain sosialisasi dan penyuluhan penggunaan obat yang benar melalui media slide, ada beberapa kegiatan lain digelar. Diantaranya donor darah, pengobatan gratis, pemberian informasi obat dan konseling pada pasien penyakit degeratif/kronis seperti hipertensi, stroke, jiwa, DM, dll yang biasanya mengkonsumsi obat secara terus menerus.

“Salah satu tujuan diadakannya Bakti Sosial IAI ini yang pertama jelas memperkenalkan apa itu IAI, bagaimana kiprahnya,” jelasnya. Selanjutnya, kegiatan ini juga sebagai ajang untuk meningkatkan kerjasama  di antara anggota PAFI dan IAI yaitu Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK, istilah dulu Asisten Apoteker/AA) dan Apoteker yang dalam dunia kerja melaksanakan pelayanan kefarmasian di sarana yang sama.

Menurut Arief, kegiatan ini dilaksanakan dengan mengandeng Pengurus Cabang dan Anggota Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kab. Purbalingga, UTD PMI Purbalingga, 3 dokter RSUD dr. Goeteng dan 2 dokter umum yang biasa berpraktek di Kab. Purbalingga. Selain itu, dilibatkan pula TTK sebanyak 120 orang.

“Untuk peserta donor darah kami targetkan sebanayk 50 orang dan pengobatan gratis sebanyak 150 orang,” ungkap apoteker yang merupakan Kepala Inslatasi Farmasi di RSU Ummu Hani ini.

Para pendonor, lanjut Arief, akan diberi souvenir sembako oleh panitia. Dan para pendonor akan dilayani pula oleh 4 tim dari UTD PMI Purbalingga. Untuk pengobatan gratis, disiapkan stik pemeriksaan untuk cek kadar gula darah, kolesterol, asam urat sebagai bentuk penunjang penegakkan diagnosis dokter yang ada.

Sejarah IAI
Ketua PC IAI Purbalingga, Yuni Dwi K mengatakan HUT IAI sebenarnya jatuh pada tanggal 18 Juni. Sebelumnya, sejak didirikan tahun 1955, perhimpunan ini bernama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

“Tetapi seiring zaman pada tahun 2010 namanya diubah menjadi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) karena lebih tepat. Semua Apoteker Indonesia berhimpun hanya pada satu organisasi ini,” jelas PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga ini.

Walaupun lingkup kerjanya sangat luas dari hulu sampai hilir, IAI bertanggung jawab terhadap produk kefarmasian yang meliputi obat, obat tradisional/obat asli Indonesia/jamu/herbal, vaksin/serum dan kosmetika. Di hulu yaitu dibagian produksi disana terkumpul apoteker dalam lingkaran Himpunan Seminat Farmasi Industri (Hisfarin) dan Hisfarin OT.

“Di bagian tengah adalah para apoteker yang berada pada jalur distribusi yaitu di Pedagang Besar Farmasi tergabung di Hisfardis,” ungkapnya. Sedang di hilir ada Hisfarma (masyarakat/komunitas/apotek), Hisfarsi (Rumah Sakit), Hisfarklin (Klinik dan Puskesmas). Semua tergabung dalam satu wadah yaitu Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),” paparnya.

PC IAI Purbalingga mencakup anggota sebanyak 130 apoteker, yang tersebar di 75 apotek, 5 Rumah Sakit baik negeri maupun swasta, 12 klinik, 1 PBF dan 1 industri obat tradisional. IAI memiliki tugas besar merubah orientasi dari drug oriented menjadi patient oriented.

“Jadi, kalau dulu yaitu hanya berorientasi pada fisik obat melulu, sekarang berorientasi pada pasien dimana pasien mendapatkan obat yang benar sesuai diagnosis, tepat dosis, dan mendapatkan informasi yang benar tentang obat,” tegasnya.

Menurutnya, IAI harus berupaya menjamin penggunaan obat pada pasien yang aman, rasional dan berhasil guna. Sehingga efektif pengobatannya serta efisien artinya mendapat obat dengan biaya semurah mungkin. (Estining Pamungkas)