DSC_0730

PURBALINGGA –  Agama Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia diharapkan dapat jangan hanya sebagai identitas saja, akan tetapi muslim diharapkan dapat membangun budaya cinta terhadap kitab suci AlQur’an. Karena dengan cinta AlQur’an akhlak seorang muslim akan terbangun cinta kasih serta menjadi berkah tersendiri.

“Sebab masalah di tengan-tengah masyarkat kita yang diteliti ulama-ulama, banyak umat muslim yang tidak cinta AlQur’an, sehingga kalau hal itu tetap terjadi, kedepan Islam hanya tinggal namanya saja,”tutur  KH Guz Fariz Pengasuh Pesantern Al Arifah Buntet Cirebon pada acara Peringatan Nuzulul Qur’an Tingkat Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 yang dihadiri Bupati Purbalingga, pimpinan FKPD Kabupaten Purbalingga, pimpinan SKPD dan para alim ulama serta masyarakat se-Kabupaten Purbalingga di Pendapa Dipokusumo, Selasa malam (7/7).

Untuk itu, kata Fariz, sebagai agama mayoritas di Indonesia, banyak para pemimpin-pemimpin dan profesi kebanyakan dari umat muslim, perilakunya diharapkan mencerminkan AlQur’an dan identitasnya muslimnya jangan hanya di KTP saja. Sehingga  cinta AlQur’an selain membawa berkah, diharapkan dapat menjadi rujukan dalam kehidupan sehari-hari.

“Muslim di Indonesia merupakan mayoritas , banyak pejabat dan pemimpin serta profesi lain dari umat muslim. Untuk itu, perilaku harus mencerminkan umat Islam yang Qur’ani, jangan hanya di KTP saja. Kalau Islam hanya sebagai identitas saja, tidak pernah terbangun rasa cintanya terbangun terhadap Alquran, maka akhirnya  perilakunya bertentangan ,seperti menyakiti tetangga  serta menganiaya saudara sendiri serta  pelaku tindakan tidak bermoral dan lain sebagainya adalah umat Islam itu sendiri,”katanya.

Faris mengingatkan, untuk mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari harus didahului dengan cinta Al-Quran.  Untuk mencintainya, tentu dengan jalan mau belajar Al-Quran pada Kiai dan ulama hingga mampu membacanya secara tartil dan sesuai tajwid

“Mencintai Al-Quran bisa mendatangkan keberkahan dunia dan akhirat. Dari rasa cinta itu akan merambat pada pengamalan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga segala aktivitas kehidupan harus berkiblat pada Al-Quran dan menjadi rujukan tiada banding dalam penataan hidup dan kehidupan itu sendiri. Untuk mencintainya, tentu dengan jalan mau belajar Al-Quran pada Kiai dan ulama hingga mampu membacanya secara tartil dan sesuai tajwid”jelasnya.

Gus Fariz menambahkan, Nuzulul Quran merupakan momen penting  dan memberikan manfaat. Sedangkan tujuannnya ada beberapa, seperti balajar memahami AlQuran, serta  agar mengamalkan  dan semua senang terhadap Alquran. Kaum ibu diharapkan menjadi guru untuk mendidik anak agar cinta AlQur’an.

“Karena suka saja terhadap AlQur’an insya Allah berkah. Dan yang harus ditekankan kepada anak  agar cinta AlQur’an khsusnya dan keluarga pada umumnya  adalah peran perempuan/ibu. Untuk itu, peran ibu dalam mendidik Alquran menjadi tumpuan. Karena ibu adalah sekolahnya anak. Ibu-ibu jangan memaknai tugas mendidik anak itu adalah beban, tapi merupakan keistimewaan yang diberikan agama dan rasulnya kepada wanita muslim, karena agama yang memuliakan wanita adalah hanya agama Islam,”ujarnya.

Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto dalam sambutannya mengatakan, pihakya merasa bangga masyarakat Purbalingga yang hobinya ibadah.

“Saya merasa bangga jumlahnya penduduk Purbalingga yang mencapai 900 ribuan dan masyarakat muslimnya orang hobinya ibadah. Masjid-masjid selalu penuh setiap pelaksanaan ibadah, itu artinya visi Purbalingga yang berakhlak mulia sudah disadari oleh kaum muslilmin di Purbalingga,”tuturnya.

Bupati menandaskan, dirinya bersyukur, atas diraihnya berbagai prestasi yang diraih pemkab berupa penghargaan.

“Hal tersebut merupakan penghargaan kepada kabupaten bukan kepada bupati. Akan tetapi hal tersebut merupakan kerja keras semua semua pihak, mulai dari bupati dan jajaranya serta masyarakatnya. Ini adalah kerja masyarakat Purbalingga secara gotong royong,”tandasnya. (Sukiman)