PURBALINGGA – Terjadinya perubahan pola penyakit yang sebelum era tahun 1990 yang berkutat pada penyakit menular seperti penyakit TBC, ISPA dan sebagainya. Namun saat ini pola penyakit sudah berubah lebih pada penyakit yang tidak menular serta berbiaya mahal seperti  penyakit jantung, stroke diabetes, gagal ginjal dan lain-lain.

“Dalam tiga tahun terkhir ini ada perubahan pola penyakit yang signifikan, tahun 1990 masih berkutat pada penyakit menular dengan pengobatan yang relativ murah serta terjangkau oleh sebagian masyarakat. Namun di era sekarang pola penyakitnya sudah bergeser kepada penyakit tidak menular tapi memerlukan biaya tinggi,”ujar Kepala Bidang Pemberdayaan JPK pada kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Muslimin saat Sosialisasi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kabupaten Purbalingga di Aula Saga Dinkes Selasa (1/11) yang diikuti perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD)dan Badan Usaha Milik Daerah.

Untuk itu, ujar Muslimn Jamkesda dilihat dari sejarahnya dinamika cukup dinamis karena sejak dimunculkan 2001 sampai sekarang masih survive, karena program tersebut sampai saat ini masih bisa bertahan. Oleh karena itu, berapa pihak terkait, masih berkeyakinan untuk  tahun 2017 masih bisa bertahan dan dicoba untuk bertahan. Menurutnya,dalam  hidup ada risiko yang selalu mengintai setiap kehidupan manusia yakni yang namanya jatuh sakit, karena tidak ada seorangpun yang berharap akan sakit dan kapan kita akan jatuh sakit.

“Oleh karena itu yang namanya perlindungan atau asuransi memang untuk menjaga ketika kita masih sehat, sehingga apabila kita jatuh sakit sudah ada jaminan,”ujarnya.

Muslimin menambahkan, bahwa manfaat Jamkesda atau Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan lebih besar, bahkan ketika sesorang dirawat dirumah sakit dapat di pakai keduanya. Karena yang namanya asuransi adalah sistemnya gotong royong dengan semboyan yang kaya membantu yang miskin dan sehat membantu yang sakit.

“Saya pikir yang nanamya asuransi adalah sistemnya  gotong royong, yang kaya membantu yang misikin dan yang sehat membantu yang sakit. Sehingga harus ada peserta yang banyak, kalau jaminan kesehatan haya ratusan peserta pasti akan bangkrut, untuk itu BPJS juga mendorong agar tercapainya program JKN, maka seluruh penduduk diharapkan mempunya jaminan, karena makin banyak peserta makin banyak uang dan semakin tidak rugi,”terangnya.

Muslimin menandaskan, bahwa untuk program Jamkesda di RSUD Goeteng Taroenadibrata, sampai Bulan November anggaranya sudah habis dengan peserta Jamkesda hanya 6.000 orang saja, bahkan sudah minus anggaran mencapai Rp300.000, sehingga seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) diharapakn masuk mengikuti program pemerintah daerah tersebut.

Untuk itu, Jamkesda adalah suatu penyelenggaraan jaminan kesehatan berskala kabupaten yang pembiayaan, kepesertaan, pemeliharaan kesehatan, badan penyelanggara dan pengorganisasiannya diteapkan oleh Pemerintah Kabupaten (pemkab). Jamkesda merupakan salah satu bentuk perlindungan social dibidang kesehatan utnuk menjamin agar memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak, bersifat pelayanan komprehensif yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang diberikan secara berjenjang dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan secara pra upaya, diselenggarakannya dalam mekanisme asuransi sosial. (Sukiman)