PURBALINGGA – Mengunjungi desa wisata Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga, ibarat mengunjungi sebuah perkampungan dengan seribu curug. Suasana desa yang alami dan udara yang segar membuat badan terasa fresh dan sedikit berkeringat ketika berjalan menuju curug. Setidaknya ada sembilan curug (air terjun) yang sudah mulai dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Argo Lestari.
Kesembilan curug alami yang mulai dibenahi sarana jalannya akni curug Nagasari, curug Gogor, curug Kali Karang, curug Aul, curug Lempeng, curug Buret, curug Silawe, curug Kembar, dan curug Banyu Banger.
Perjalanan menuju ke desa Tanalum, dari pusat kota Purbalingga menuju ke utara, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat, kurang lebih hanya 1 jam. Memasuki desa Tanalum yang banyak diapit oleh perbukitan, akses jalan aspal masih cukup bagus, namun karena kondisi jalan yang sempit, berkelok dan naik turun, pengendara diharap tetap berhati-hati. Perjalanan mengggunakan sepeda motor lebih disarankan untuk menjangkau beberapa curug yang lokasinya di pelosok.
“Banyak cara untuk menikmati curug disini. Bisa dengan mandi dibawah curug, sambil menengadahkan pungguh agar serasa dipijat-pijat, bisa dengan melakukan repling atau canyoning. Dengan canyoning jadi berbeda. Pertamanya takut, tetapi setelah di tengah perjalanan akan terasa sensasinya,” ungkap Fatah, Ketua Pokdarwis Argo Lestari, Jum’at (22/7).
Curug yang tertinggi di Tanalum yakni curug Nagasari yang mencapai 102 meter, kemudian curug Gogor yang tingginya sekitar 35 meter. Sebelum mencapai curug Gogor yang berada di Dukuh Buret Sawangan, ada dua curug lain yakni curug Kembar dan satunya lagi sebuah curug yang belum diberi nama. Dua curug itu seperti anak dari curug Gogor.
“Wisatawan yang datang ke curug Gogor biasanya melakukan repling (rappeling) dan canyoning. Karena lokasinya yang tidak terlalu tinggi dan kondisi tebing yang memungkinkan. Berbeda dengan di curug Nagasari yang lumayan tinggi dan kondisinya cukup ekstrem jika dipakai oleh pemula untuk repling,” kata Fatah.
Untuk wisatawan yang suka repling dan canyoning, Fatah menjamin semua peralatan yang disediakan sangat aman. Para pemandu di desa juga sudah dilatih oleh pihak Dinbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga) Purbalingga.
Peserta yang akan menguji adrenalindengan cara repling dan canyoning bisa dilayani sewaktu-waktu. Paket yang disediakan seharga Rp 100 ribu dengan fasilitas, tiket masuk, foto dokumentasi, peralatan, pemandu, dan makan siang dengan menu khas desa, sayur pakis, sambal terasi, lodeh daun lompong, oseng daun pepaya, dan lalapan daun Keji.
Untuk repling kebanyakan diikuti oleh wisatawan dari kalangan muda. Pengunjung dijamin keamanannya. “Baru pernah nyoba repling, rasanya luar biasa. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, rasa takut dan penasaran bercampur jadi satu. Jadi membayangkan yang ngga-ngga pas ditengah perjalanan,” ungkap Suci, salah satu pengunjung.
Suci menuturkan, serunya repling mampu mengalahkan rasa takut. “Kalau ada kesempatan ingin mencoba lagi. Walaupun kaki dan tangan jadi lecet-lecet terkena batu,” tambahnya.
Fatah menambahkan, pesona curug Gogor mulai dibenahi pada bulan Juni 2016 lalu. Warga setempat bekerja bakti membuat jalan setapak menuju lokasi curug. Semula jalan setapak sempat dibuat, namun terkena banjir bandang sehingga jalur jalan berubah lagi. “Untuk mencapai curug Gogor dari lokasi parkiran hanya sekitar 500 meter. Jalurnya melewati perkambungan, sungai kecil yang jernih. Pokoknya berasa nyaman dan bisa menghilangkan stres,,” kata Fatah berpromosi. (y)