PURBALINGGA – Warga masyarakat Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, menyatakan sangat mendukung pengembangan desanya sebagai desa wisata. Sebagai bentuk dukungan itu, warga merelakan lahannya untuk digunakan sebagai lokasi wahana wisata.

“Pemerintah desa dan warga masyarakat sangat mendukung pengembangan desa wisata di tempat kami. Hal ini karena kami sudah mulai merasakan manfaat ekonomi atas keberadaan wisata di wilayah Kedungbenda,” kata Kepala Desa Kedungbenda, Tosa, saat menerima kunjungan Komisi III DPRD Purbalingga, Senin (7/9).

Dalam kunjungan itu dihadiri juga Kepala Dinbudparpora Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si, Camat Kemangkon, Rahardjo Minulyo, SE dan para pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Linggamas  desa setempat.

Tosa juga menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan Pemkab melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) yang telah memberikan bimbingan pembinaan sumberdaya manusia, pelatihan, studi banding dan upaya lainnya termasuk pembuatan dermaga mini, serta fasilitasi perahu wisata dan perlengkapan keamanannya. “Kami tentu masih perlu bimbingan agar desa kami bisa menjadi desa wisata dengan ikon wisata susur sungai dan wisata budaya,” kata Tosa.

Sementara itu, wakil ketua Komisi III, Haryanto yang memimpin kunjungan itu menyatakan mendukung atas pengembangan wisata berbasis masyarakat di Desa Kedungbenda. DPRD, lanjut Haryanto, meminta agar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bersinergi untuk mengembangan desa wisata Kedungbenda. Tidak saja dari Dinbudparpora, tetapi juga perlu dukungan SKPD lain seperti Bappeda, DPUK, Dinas Peternakan dan Perikanan (Dinakkan), dan lainnya. “Jika saling bersinergi, maka pengembangan desa wisata kedungbenda akan terasa lebih ringan. Apalagi, masyarakatnya sudah sangat semangat,” kata Haryanto.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinbudparpora Subeno mengatakan, pengembangan desa wisata sebagai bagian dari upaya menjadikan Purbalingga sebagai destinasi wisata utama di Jateng. Purbalingga ingin tidak hanya dikenal dengan destinasi andalan yang sudah ada, seperti Owabong, Taman wisata Purbasari Pancuranmas, Sanggaluri, dan lainnya, tetapi juga dikenal dengan desa-desa wisatanya. “Kami ingin mengembangankan desa wisata, tetapi tentunya setiap desa wisata tidak saling bersaing menjual paket wisata yang sama. Setiap desa wisata memiliki keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik wisatawan,” kata Subeno.

Usai melakukan dialog di balai desa setempat, rombongan menikmati wisata susur sungai, mengunjungi kampung nelayan, menikmati agriwisata kebun pepaya, dan kuliner khas kupat landan serta ikan sungai Senggaringan.

Wakil ketua Pokdarwis Pesona Linggamas, Adri mengungkapkan, desa wisata Kedungbenda mulai dikenalkan kepada masyarakat luas dan wisatawan menjelang Idul Fitri tahun 2015 lalu. Begitu dikenalkan, animo masyarakat untuk melakukan susur sungai Klawing sangat besar. Apalagi, wisatawan diajak mengunjungi langsung kampung nelayan dan menikmati ikan khas sungai Klawing, Senggaringan.

Adri menuturkan, semenjak diluncurkan wisata susur sungai, banyak pengunjung yang datang ke Kedungbenda dan menikmati perahu. Perahu yang digunakan saat ini berupa bekas perahu penyeberangan yang sudah tidak dioperasikan lagi karena sudah terbangun jembatan Linggamas. “Setiap hari libur khususnya Sabtu dan Minggu, sudah ratusan orang yang datang ke Kedungbenda. Mereka sengaja melihat kemegahan jembatan Linggamas dan sebagian lagi menikmati perahu penyeberangan,” kata Adri.

Dikatakan Adri, pihaknya menyiapkan paket wisata susur sungai dengan perahu, kunjungan ke kebun papaya dan kuliner ikan sungai khas Klawing. Untuk naik perahu wisata, pengunjung cukup membayar 5.000 per orang. Lama perjalanan perahu sekitar 15 menit. Wisatawan akan transit di perkebunan pepaya untuk memanen pepaya California sendiri. Pepaya yang matang, bisa langsung dinikmati di kebun sembari bersantai, dan jika mau membawa pulang cukup dengan mengeluarkan kocek Rp 2.500 untuk satu kilogramnya. Sedang untuk menikmati ikan Senggaringan, juga cukup murah, satu paket dengan sebuah kupat landan dan sepotong ikan sungai hanya dihargai Rp 5.000,-. (y)