PURBALINGGA – Pawai budaya yang digelar dalam rangka memperingati Hari jadi ke-185 Kabupaten Purbalingga, Minggu (20/12) berlangsung meriah. Ribuan warga antusias menyaksikan deretan pawai meski harus berdesakan disepanjang rute pawai dengan start di depan SMA Negeri 1 Purbalingga dan finish di Alun Alun Purbalingga. Akibatnya, jalanan di seputar kota Purbalingga terjadi kemacetan.

Pawai budaya yang digelar sebagai penutup rangkaian kegiatan hari jadi, dibuka dengan iringan pasukan pembawa foto para bupati yang pernah memimpin Purbalingga yang dibawa oleh pasukan TNI-Polridan Alumni Paskibraka.

Dibelakangnya, terlihat Penjabat Bupati Purbalingga Budi Wibowo dan istri Noordiana Budi Wibowo,disertai pejabat forkompimda dan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ikut berjalan kaki dengan mengenakan busana adat Jawa. Sesampai di panggung kehormatan Alun Alun Selatan, Bupati bersama forkompimda menerima para peserta pawai budaya dari atas panggung kehormatan.

“Pawai budaya menampilkan berbagaiatr aksi seni budaya yang berkembang di Purbalingga. Tampilan dan garapanya cukup memukau, sehingga enak untuk dinikmati. Mudah-mudahan tahun depan lebih semarak lagi,” kata Bupati usai pawai budaya yang ditutup dengan penampilan parade personel Marinir Angkatan Laut dan barisan 8 unit tank amfibi berbagai jenis yang ditumpangi oleh warga masyarakat.

Pawai budaya sedikitnya diikuti 40 grup dari Ikatan Guru Taman KanakKanak Indonesia (IGTKI), gabungan SKPD, sekolah, perwakilan kecamatan, dan enam grup dari luar Kabupaten Purbalingga. Pawai juga diikuti pasukan marinir AL dengan berbagai atraksi.

Di awal gelaran, 18 penerjun mariner memperagakan manuver di udara dan kepiawaian ketepatan mendarat di titik pendaratan depan panggung kehormatan. Atraksi penerjunan yang dilakukan tiga gelombang juga diwarnai atraksi penerjunan dengan membawa bendera logo kabupaten Purbalingga, bendera TNI, Marinir dan bendera merah putih.Sebuah pesawat paramotor yang dimotori oleh srikandi asal Tanah Minang, Sumatera Barat, Susi Melinda (48) juga melintas hilir mudik di langit Alun Alun.

Atraksima rinir lainnya adalah kolone senapan dan rampak bedug yang mengundang decak kagum para penonton. Terakhir mereka mengarak alutsista berupa kendaraan tempur jenis tank amfibi yang sebelumnya di pamerkan di sisi utara Alun Alun.

“Secara konten pawai kali ini banyak mengalami perubahan. Semakin menarik dan tidak monoton. Hanya saja penontonnya masih kurang disiplin dan terlalu mendesak masuk area pentas,” ujar salah seorang penonton Bagus Eko (42) asal kelurahan Kalikabong Kecamatan Kalimanah.

Pengamatan di lapangan, sejumlah peserta tampil sesuai dengan tema pawai yakni “Flora dan Fauna  Seni Budaya Sejarah dan Pariwisata”. Wakil Kecamatan Karanganyar yakni SMP Negeri Karanganyar menampilkan fragmen Zaman Batu yang berkisah tentang kehidupan berburu dengan kapak batu.

Sejumlah seni budaya yang hampir punah juga ditampilkan. Diantaranya kesenian Braen oleh tim Kecamatan Karangmoncol, Kesenian Dames oleh tim kecamatan Bojongsari, Wayang Orang oleh utusan Kecamatan Bukateja, Budaya Sedekah Bumi juga ditampilkan oleh grup kecamatan Kertanegara. Pengantin sunat, Legenda Lutung Kasarung, Tradisi Larungan nelayan Kali Klawing juga ikut menyemarakan pawai.

Tarian dan pamer busana spektakuler juga ikut membuat pawai budaya lebih berwarna. SMK Muhammadiyah 1 Purbalingga misalnya menampilkan tema flora dan fauna dalam kostumnya. Model-model cantik tampil menawan dengan mengambil cerita legenda Timun Mas. Sedangkan SMA Negeri 1 Purbalingga menampilkan aksi teatrikal dengan tema pelestarian lingkungan. Para pesertanya menggunaklan kostum bentuk pepohonan yang gundul karena pembakaran hutan.

“Pawai budaya ini digelar untuk memeriahkan Hari Jadi Purbalingga serta nguri-nguri budaya agar tidak hilang oleh waktu. Mudah-mudahan warga berkenan,” kata Kasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemudadan Olah Raga (Dinbudparpora), Sri Kuncoro. (Hardiyanto)