PURBALINGGA – Rekor pentas wayang dengan kelir terpanjang yang semula dipegang Kabupaten Wonogiri, akhirnya tumbang di Purbalingga. Pemkab Purbalingga mampu menggelar pentas wayang dengan kelir sepanjang 56,5 meter di halaman pasar Segamas, Senin (11/4).  Rekor tersebut  akhirnya dicatat oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan nomor 7381.

Piaga MURI diserahkan oleh manajer MURI Sri Widiyati kepada Bupati H Tasdi, SH, MM dan Wabup Dyah Hayuning Pratiwi, SE, B.Con. Keduanya mewakili Pemerintah Kabupaten Purbalingga selaku pemrakarsa. Satu piagam lainnya diserahkan kepada Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si selaku penyelenggara.

Pemberian penghargaan MURI tersebut juga dihadiri Bupati Purbalingga dua periode 2000 – 2005, 2005 – 2010 Triyono Budi Sasongko. Massa kepemimpinan Bupati Triyono BS banyak rekor MURI yang dicatatkannya.

Sri Widiyati mengungkapkan, rekor kelir terpanjang pada pementasan wayang sebelumnya diciptakan oleh Pemkab Wonogiri paa 8 Juni 2015 pada pementasan wayang di alun-alun setempat. Kelir yang dicatat ketika itu sepanjang 51 meter.  Kabupaten Wonogiri ketika itu juga memecahkan rekor yang diciptakan oleh budayawan Wonogiri dengan wayang kolaborasi dan kelir sepanjang 40 meter pada 8 Pebruari 2013.

“Rekor MURI dengan kelir terpanjang saat ini berhasil dicatat oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga. Setelah kami lakukan pengukuran ulang ternyata kelir yang dipakai sepanjang 56,5 meter, atau setengah meter lebih panjang dari yang diusulkan,” kata Sri Widiyati.

Sri Widiyati juga mengungkapkan banyaknya rekor MURI yang telah dicapai oleh Pemkab dan komunitas masyarakat Purbalingga sejak tahun 2000. Beberapa rekor MURI yang dicatat oleh Purbalingga antara lain, cuci tangan massal terbanyak, knalpot raksasa, pembuatan gula merah raksasa, pilkada dengan perolehan suara terbanyak se-Indonesia, pentas drumband terbanyak dan sejumlah rekor lainnya. “Hari ini, selain rekor MURI untuk pentas wayang dengan kelir terpanjang, juga kami berikan MURI ulang tahun bersama Bupati dan wakil Bupati yakni tanggal 11 April,” kata Sri Widiyati.

Bupati Tasdi dalam kesempatan itu mengatakan, kepemimpinannya bersama wabup Dyah Hayuning Pratiwi akan terus bekerja keras utamanya memerangi kemiskinan. Tasdi juga berjanji meningkatkan kesejahteraan masyarakat Purbalingga. “Untuk pagelaran wayang kulit ini yang dicatat rekor MURI, agar menjadikan warga Purbalingga merasa bangga dengan kotanya. Dengan rasa bangga itu maka akan ikut membangun bersama Purbalingga,” kata Tasdi.

Sementara itu kepala Dinbudparpora Purbalingga Subeno mengatakan, pentas wayang dengan kelir terpanjang melibatkan tujuh orang dalang, tujuh cempurit, 25 sinden yang terdiri 12 sinden muda dan 13 sinden dewasa, 34 orang pengrawit dan wiraswara untuk satu pangkon ageng gamelan dengan lima set demung dan lima saron. Serta Peniti wayang empat orang. “Jadi total tim pementasan untuk tujuh dalang sebanyak 77 orang,,” jelas Subeno

Ketujuh dalang yang akan tampil dalam pentas itu masing-masing Tuwuh Permana Jati (Kaligondang, Sutama (Purbalingga), SBJ Utomo (Kalimanah), Rizky Widya (Purbalingga), Hafara Zulfikar (Bukateja), Sumitro (Rembang), dan Suyatno (Bojongsari). Dua dalang masing-masing Rizky dan Hafara merupakan dalang remaja yang berpotensi.

Dikatakan Subeno, pentas wayang tersebut mengangkat lakon Arjuno Winisudo. Lakon itu menggambarkan sosok tokoh wayang Arjuno dan Dewi Woro Sumbodro. Dalam lakon tersebut ada kesamaan antara kelahiran hari dan bulan antara Arjuno dan Dewi Woro Sumbodro.  Sebagai kesatria, keduanya saling bahu membahu mengemban tugas mensejahterakan masyarakat.

“Dua tokoh ini layaknya mirip kepemimpinan pasangan Bupati Tasdi dan wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi. Secara kebetulan pula, keduanya memiliki kesamaan tanggal lahir dan bulan yang sama, yakni tanggal 11 bulan April. Pasangan ini saat ini memimpin Purbalingga dan menjadi kestria untuk mensejahterakan masyarakatnya,” kata Subeno. (y)