PURBALINGGA – Bagi anda penggemar wisata minat khusus tubing, boleh mencoba di Desa wisata Onje, Kecamatan Mrebet. Meski melewati tiga jeram yang menantang, namun tubing di hulu sungai Klawing ini tetap aman. Wisatawan yang baru pertama kali mencoba tubing, tak perlu takut dan was-was. Para pemandunya sudah mahir dan berpengalaman. Tubing di Onje bisa dinikmati sepanjang tahun, termasuk saat musim kemarau sekalipun.

Tubing di Desa Onje dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bangun Pesona. Semula wilayah ini lebih sering digunakan untuk rafting (arung jeram) dan olah raga kayak. “Seiring dengan minat wisatawan untuk melakukan tubing, maka mulai tahun 2016 ini kami membuka paket wisata tubing,” kata ketua Pokdarwis ‘Bangun Pesona’, Puji Utomo, Kamis (21/4).

Menurut Puji Utomo, tubing di desanya lebih seru dan menakjubkan. Sepanjang jalur dari mulai star awal di Desa Tangkisan, Mrebet, hingga finish di Desa Onje, semuanya menyuguhkan pemandangan yang bagus. Areal tanaman penduduk berupa pohon alba dan sebagian lainnya pekarangan, menambah suasana desa yang asri dan sejuk.  “Sepanjang rute, setidaknya ada tiga jeram yang lumayan menantang. Semuanya aman, dan guide kami sudah terlatih,” kata Puji.

Untuk satu paket tubing, Pokdarwis Bangun Pesona masih mematok harga Rp 50 ribu per orang. Jarak tempuhnya lebih panjang dan sekitar 2 jam. “Waktu yang cukup untuk bermain dan berbasah-basah di air serta menguji adrenalin,” ujarnya setengah berpromosi.

Harga paket itu, lanjut Puji Utomo, masih harga promosi hingga akhir April ini. Setiap pengunjung dilengkapi peralatan pengaman, pelampung, helm dan snack berat berupa ketupat, mendoan dan minuman Wedang Uwuh untuk penghangat tubuh.

“Di Desa Onje konon tidak boleh menjualbelikan nasi. Itu seperti pantangan, jadi wisatawan kami suguhi kupat dan lauk. Kalau pesan selain nasi, tentunya boleh. Misalnya pecel atau makanan ringan lain” ujar Puji Utomo tanpa merinci lebih jauh soal larangan itu.

View menarik, trip lebih panjang 2 jam.

Sementara itu tenaga fasilitator pendamping desa wisata Onje, Luh Putu Valentine mengungkapkan, selain tubing untuk orang dewasa, pihaknya bersama Pokdarwis Bangun Pesona tengah menyiapkan tubing khusus anak-anak.Jaraknya lebih dekat dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak. “Untuk tubing anak-anak, waktu tempuhnya antara 30 – 60 menit, tergantung pesanan,” kata Luh Putu.

Luh Putu menambahkan, Desa Onje sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata, karena letaknya yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota Purbalingga. Selain river tubing, rafting dan kayak, sejumlah potensi yang layak dijual untuk wisatawan antara lain Masdjid Raden Sayyid Kuning, makam Adipati Onje II, makam Puspa jaga, makam Medang, dan makam Nagasari. Kemudian ada Jojok Telu atau Kedung pertelu yang merupakan pertemuan tiga sungai yakni Sungai Paku, Paingan, dan Sungai Tlahab. Ada pula bukit Anjir, bukit ini konon dulunya digunakan oleh warga atau pasukan tentara rakyat untuk mengintai datangnya serangan penjajah Belanda.

“Di Bukit Anjir, jika cuacanya cerah, kita bisa melihat matahari terbit ketika pagi hari, dan juga matahari terbenam saat sore. Panoramanya sangat indah, dan kami akan membuat semacam gardu pandang di tempat ini,” ujar Luh Putu.

Selain potensi alam dan budaya, lanjut Luh Putu, di Desa Onje juga ada kerajinan masyarakat membuat kain Kluwung. Kain Kluwung mempunyai struktur kain yang lebih tebal dan halus jika dibanding kain Songket asal Sumatera. “Kami yakin, potensi ini setelah kami kemas bersama pegiat wisata di desa, akan memiliki daya tarik yang unik dan menakjubkan,” kata Luh Putu.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, untuk pengembangan desa wisata Onje, akan difokuskan pada dua kegiatan wisata utama. Paket wisata utama permainan di air berupa tubing, kayak dan rafting, serta menikmati sejumlah keindahan alam di desa. Sedang paket wisata kedua yakni wisata religi. Wisatawan mengunjungi mesjid penganut Islam Aboge yakni masjid Raden Sayyid Kuning, serta sejumlah makam pendiri Kabupaten Purbalingga.

“Dua potensi ini memang memiliki segmen pengunjung yang berbeda, oleh karenanya pengelolaan dan pembuatan paket wisatanya dipisahkan. Jarang ada yang melakukan wisata ziarah, tetapi juga berwisata ke tubing atau arung jeram secara bersamaan dalam satu paket,” kata Subeno.   (y)