PURBALINGGA – Satu lagi wisata berbasis alam kembali hadir memanjakan wisatawan yang datang ke Purbalingga. Tak perlu jauh-jauh datang ke Lembang Bandung jika hanya ingin menikmati wisata ala ‘The Hobbit’.Wisata ala desa Shire seperti dalam film fiksi fantasi ‘Lord of the Ring’ ini, bisa dijumpai di Desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja. Pengelola desa wisata setempat menyebutnya sebagai sekolah alam Kampung Kurcaci.

Lokasi Kampung Kurcaci sangat sejuk, mirip seperti di Lembang Bandung. Bahkan, suasananya lebih dingin karena berada di kaki Gunung Slamet (3.428 m dpl). Alam disekitarnya ditumbuhi hutan pohon damar yang sudah berusia ratusan tahun. Wisatawan tentu akan betah berlama-lama duduk di rumah-rumah pohon atau di bawah rindangnya pohon damar. Sembari bercengkerama dengan kerabat atau pacar, wisatawan  bisa berfoto selfi di berbagai sudut di lokasi seluas 3,5 hektar tersebut.

“Awalnya, kami menyiapkan sekolah alam untuk anak-anak desa. Untuk menarik anak-anak, kami buatkan semacam rumah Kurcaci, dan ternyata anak-anak sangat tertarik. Tidak hanya, anak-anak desa setempat,, wisatawan yang datang kemudian berfoto dan mengunggahnya ke media sosial, menjadikan Kampung Kurcaci semakin ramai,” ujar pegiat desa wisata setempat yang sekaligus pengelola Rumah Kurcaci, Edi Susanto (23), Jum’at, 12/8).

Disebut Kampung Kurcaci, bukan karena penduduk setempat ukuran tubuhnya kecil-kecil. Sebutan itu lebih menggambarkan filosofi bahwa sejatinya manusia itu terasa kecil dibanding keindahan alam. Ketika wisatawan berada di bawah rindangnya pepohonan besar dan menjulang tinggi, membuat kita menjadi kecil bagai kurcaci. Sebuah pelajaran dari alam bahwa meskipun sejatinya kita manusia besar dengan segala kekuasaannya, namun seiring perpindahan ruang dan waktu, kita bisa saja menjadi maklhuk mungil dengan segala keterbatasannya.

“Dengan filosofi itu, ketika wisatawan berkunjung ke rumah Kurcaci, diajak untuk berintrospeksi diri bahwa kita hidup harus saling menghormati, dan bersyukur serta berbagi,” tutur Edi Susanto.

Pemandu wisata di Kampung Kurcaci, Kusin (18) saat menyambut wisatawan dengan rendah hati menyampaikan jika di kampung kurcaci tidak banyak yang bisa dinikmati. Namun, sejatinya justru banyak wahana yang bisa dinikmati, seperti air terjun (curug) Tarung, curug Lawang, rumah kurcaci, arena bermain tradisional, panggung kurcaci, camping ground, pendakian Gunung Kelir, perpustakaan alam, dan rumah pohon. “Kami ingin menyajikan pula kepada wisatawan berupa hutan yang asri, udara yang segar, suasana damai dan persahabatan yang hangat,” ujar Kusin.

Suasana persahabatan yang hangat memang sungguh terasa ketika wisatawan memasuki tempat ini. Begitu berada di tempat loket, salah seorang petugas, Sarah (19) menyambutnya dengan ramah dan menggunakan bahasa Jawa Krama. Disisi loket, tertulis ‘Anda memasuki kawasan berbahasa Jawa Krama, monggo guneman ngagem boso Jawi Kromo’.  “Kami ingin menjadikan kampung kurcaci juga sebagai tempat untuk belajar Basa Jawa kromo yang sudah mulai ditinggalkann oleh anak-anak muda,” tutur Sarah, yang masih mengikuti pendidikan Kejar Paket C ini.

Untuk masuk di kampung Kurcaci, wisatawan cukup membeli tiket Rp 5.000,- per orang. Sementara untuk parkir kendaraan sepeda motor hanya Rp 2.000,-. Para pengelolanya yang berjumlah 18 orang, selalu berusaha ramah menyambut wisatawan.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, sekolah alam Kampung Kurcaci ini mulai dikenal saaty libur lebaran lalu. Pengelola kampung kurcaci sebelumnya lebih memfokuskan sebagai sekolah alam, namun setelah diyakinkan jika sangat berpotensi untuk dikembangkan seperti farm house di Lembang Bandung, para pengelolanya semakin bersemangat. Pembenahan kini mulai dilakukan, termasuk untuk parkir sepeda motor dan kendaraan roda empat. Saat ini untuk parkir mobil memang masih kesulitan, namun dalam waktu dekat, parkir mobil sudah disiapkan areal khusus yang jaraknya tidak jauh dari Kampung Kurcaci. Sementara untuk parkir sepeda motor, bisa menampung lebih dari 200 sepeda motor.

“Areal sekolah alam kampung kurcaci ini seluas kurang lebih 3,5 hektar merupakan lahan milik PT Perhutani. Pihak pengelola dalam kapasitas sebagai masyarakat anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) tengah menyiapkan kerjasama dengan Perhutani. Tentunya kami berharap, Perhutani memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Prinsipnya, masyarakat tidak merusak tanaman hutan utama berupa pohon damar,” kata Prayitno.

Prayitno menambahkan, para pengelola dan pemandu wisata kampung Kurcaci sudah mulai menerapkan sadar wisata melalui sapta pesona. Mereka berusaha ramah dan menjaga kebersihan di areal kampung Kurcaci. Begitu ada sampah yang dibuang oleh wisatawan, pengelola atau pemandu yang menjumpai sampah itu wajib mengambilnya dan menaruhnya di tempat sampah. “Untuk pembinaan sadar wisata bagi para pengelola akan kami lakukan terus menerus. Begitu juga dengan kesadaran masyarakat sekitar, masih perlu ditingkatkan pemahaman akan sapta pesona sadar wisata,” kata Prayitno. (y)